<< 解決零團費惡質旅遊型態的決議 >>

指控來自中國的入境旅遊人數與營銷實踐“零元之旅”在巴厘島爆發,中央政府正在扼殺,因此也得到了省政府,立法,以及在島上旅遊業者的支持。

<< 解決零團費惡質旅遊型態的決議 >> from Liputan6.com

指控來自中國的入境旅遊人數與營銷實踐“零元之旅”在巴厘島爆發,中央政府正在扼殺,因此也得到了省政府,立法,以及在島上旅遊業者的支持。

那麼“零美元之旅”的實踐是什麼意思呢?顯然,這個術語指的是中國遊客到達巴厘島,他們以非常便宜的價格通過他們國家的旅行社購買旅遊套餐。

據稱,套餐價格僅為登巴薩中國旅行機票的價格。乍一看,這似乎對購買包裹的遊客非常有利。但實際上,在巴厘島,他們必須遵守旅行社設定的旅遊時間表。

然後旅行社採用壟斷行為。遊客被帶到指定地點購物。

購物場所已經與旅行社有聯繫,提供“零美元遊覽”套餐。提供的物品價格高得多,採用非現金支付方式。

這會導致遊客遭受損失。旅遊目的地和訪問的國家也受到影響在這個包中,沒有人可以獲利。由於所有交易均使用來自中國的申請以非現金方式進

Kemenpar作為管理旅遊業的最高權力機構並未保持沉默。所有直接行動路線。

“在2018年10月25日將會有一個焦點小組,這使巴厘島的旅遊業,ASITA,巴厘島和Kemenpar地方政府,找到快速有效的解決方案來解決這個問題。我們必須為前往巴厘島的外國遊客提供最好的服務。這是巴厘島的未來,同時保持承諾巴厘島作為世界上最好的旅遊目的地,“專家營銷和旅遊(Kemenpar)我GDE Pitana的旅遊部在雅加達的合作部長週二(23/10)說。

有三個準備好的方案。首先,應用下限。這一步驟被認為是使巴厘島的工業生存下來而不是陷入廉價的價格競爭中。

第二是禁止卡特爾體系。

“這樣做的方法是限制對原始國家公民擁有的商店卡特爾的訪問,在這種情況下,擁有中國所有權的商店,”他說。

然後第三,兩國旅遊部(印度尼西亞 – 中國)同意選擇旅行社/旅行社(Ta / To)。所有Ta / To必須在兩個國家/地區正確註冊。

“目標是雙方都沒有不好的形象。例如,目的地國家被認為沒有吸引力,所以出發遊客在一個國家有負面形象,“皮塔納說。

旅遊部長Arief Yahya也有節奏。據他介紹,維持巴厘島旅遊業的形像是一個無法協商的固定價格。

“廉價套餐將通過B到B完成.ASITA Bali將與來自中國的行業會面。協調人是巴厘島總督。這是最接近的行動,“旅遊部長Arief Yahya說。

最有效的是加強ASITA,印尼旅遊和旅行社我們與中國國家旅遊局,中國旅遊協會的協會之間的合作,以建立一個“白名單旅行社 – 旅遊經營者”做一個列表或註冊鉭,其是由雙方推薦一邊,所以當有投訴時很容易控制。

“白名單是鉭名單向好,他的黑名單列表ta到惡作劇,後來會來旅遊經營者和旅遊行程的列表是合法的,註冊並通過各自的協會的認可。因為,一旦它再次為B與B的合作,“他補充說。

旅遊營銷和旅遊合作部長(Kemenpar)的專家工作人員I Gde Pitana Pitana教授甚至聯繫了中國駐巴厘島總領事。結果呢?中國總領事對中印兩國政府的聯合監督表示歡迎。

“那是因為雙方是由損壞的好名字,兩國的聲譽。泰國也經歷了同樣的事情的做法傷害了,因為我已經委託與泰國基準。什麼是由泰國政府在處理的情況下進行”零元之旅“這會遏制旅遊業的交易系統,而不必損害已經發生的合作,”Arief Yahya說。

Ini Jurus Kemenpar Tangkal Praktik Pemasaran ‘Zero Dollar Tour’

Tudingan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara asal China terkait dengan praktik pemasaran “zero dollar tour” merebak di Bali. Pemerintah pusat gerah. Begitu juga dengan pemerintah provinsi, legislatif, serta pelaku pariwisata di Pulau Dewata.

Lantas apa sih yang dimaksud dengan praktik “zero dollar tour”? Rupanya, istilah ini merujuk dengan kedatangan turis China ke Bali yang membeli paket wisata melalui agen perjalanan wisata di negara mereka dengan harga sangat murah.

Harga paketnya disinyalir hanya senilai biaya tiket perjalanan Denpasar-China. Sekilas, ini terlihat sangat menguntungkan wisatawan yang membeli paket. Tapi pada kenyataannya, selama di Bali, mereka diwajibkan mengikuti jadwal tur yang telah ditetapkan oleh agen wisata.

Agen wisata kemudian menerapkan praktek monopoli. Wisatawan dibawa berbelanja di tempat-tempat yang telah ditentukan.

Tempat berbelanja tersebut sudah terafiliasi dengan agen wisata yang menawarkan paket “zero dollar tour”. Harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi dan dengan metode pembayaran non tunai.

Hal ini menyebabkan wisatawan mengalami kerugian. Destinasi wisata dan negara yang dikunjungi juga sama menderitanya. Di paket ini, semua tak ada yang dapat untung. Semua gigit jari lantaran semua transaksi terhubung secara non tunai menggunakan aplikasi dari China.

Kemenpar sebagai otoritas tertinggi yang mengatur pariwisata tak tinggal diam. Semua lini langsung action.

“Tanggal 25 Oktober 2018 nanti akan ada FGD, yang menghadirkan industri Pariwisata Bali, ASITA, Pemda Bali dan Kemenpar, untuk menemukan solusi cepat dan efektif mengatasi problem ini. Kam harus memberikan service yang terbaik buat wisman yang sudah ke Bali. Ini untuk masa depan Bali, menjaga komitmen Bali sebagai destinasi wisata terbaik dunia,” ujar Tenaga Ahli Menteri Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana di Jakarta, Selasa (23/10).

Skenario yang disiapkan ada tiga. Pertama pemberlakuan batas bawah. Langkahi ni dinilai akan membuat industri di Bali survive dan tidak terperangkap pada persaingan harga murah.

Yang kedua adalah pelarangan sistem kartel.

“Caranya dengan melakukan pembatasan kunjungan ke kartel toko yang dimiliki warga negara originasi dalam hal itu toko dengan kepemilikan warga China,” ujarnya.

Lalu yang ketiga, Kementerian Pariwisata kedua negara (Indonesia-Tiongkok) sepakat untuk melakukan seleksi terhadap travel agent/travel operator (Ta/To). Semua Ta/To harus teregistrasi dengan baik di kedua negara.

“Tujuannya, supaya tidak ada image buruk bagi kedua belah pihak. Misalnya, negara tujuan dianggap tidak menarik, sehingga wisman originasi memiliki image negatif di suatu negara,” ujar Pitana.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga seirama. Menjaga citra kepariwisataan Bali, menurutnya, adalah harga mati yang tak boleh ditawar lagi.

“Paket murah itu akan diselesaikan dengan cara B to B. ASITA Bali akan dipertemukan dengan industri dari Tiongkok. Fasilitatornya Gubernur Bali. Itu action terdekat yang akan dilakukan,” ucap Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Yang paling efektif adalah memperkuat kerjasama antara ASITA, Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies kita dengan CNTA, China National Tourism Association, dengan membuat “White List Tour Agencies – Tour Operators.” Membuat daftar atau meregistrasi Ta-To, yang direkomendasi oleh kedua belah pihak, sehingga mudah mengontrolnya ketika ada keluhan.

“White List itu daftar Ta To yang baik, lawannya Black List daftar Ta To yang nakal. Nanti akan muncul daftar tour operator dan tour travel yang legal, terdaftar dan diakui oleh masing-masing asosiasinya. Karena, sekali lagi ini adalah kerjasama B to B,” tambahnya.

Tenaga Ahli Menteri Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana Prof Pitana bahkan sudah menghubungi Konjen China di Bali. Hasilnya? Konjen China menyambut gembira untuk melakukan pengawasan bersama, antara pemerintah China dan Indonesia.

“Itu lantaran kedua belah pihak ikut dirugikan oleh praktik yang merusak nama baik dan reputasi kedua negara. Thailand juga pernah mengalami hal yang sama, karena itu saya sudah menugaskan untuk benchmark dengan Thailand. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Thailand dalam menangani case “Zero Dollar Tour” ini? Menertibkan tata niaga industri tour and travel, tanpa harus merusak kerjasama yang sudah berlangsung,” papar Arief Yahya.